WARTASUAR.COM, KENDARI – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor pembangunan ekonomi biru di kawasan timur Indonesia. Hal tersebut disampaikan Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, melalui sambutan tertulis yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Drs. H. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D., pada pembukaan Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan V, yang selenggarakan di salah satu hotel di Kendari Rabu (22/10).
Seminar bertema “Indonesia Emas 2045: Transformasi Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Mendorong Ekonomi Biru” ini diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO) dan menghadirkan sejumlah pakar, akademisi, serta praktisi dari berbagai perguruan tinggi dan instansi di Indonesia.
Dalam sambutan Gubernur yang dibacakan Sekda Sultra, disebutkan bahwa pendidikan tinggi, sains, dan inovasi teknologi merupakan kunci utama dalam mewujudkan transformasi ekonomi biru yang berkelanjutan.
“Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan sumber daya bahari yang luar biasa, dengan garis pantai panjang, perairan produktif, dan kawasan konservasi laut seluas lebih dari dua juta hektare. Potensi ini menjadikan Sultra sangat strategis dalam pembangunan nasional berbasis laut,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pemerintah Provinsi Sultra telah menetapkan arah pembangunan ekonomi biru dalam RPJMD 2025–2029 yang diperkuat melalui penyusunan Rencana Induk Ekonomi Biru 2025–2045. Dokumen tersebut mengintegrasikan pilar sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk memastikan laut menjadi sumber kesejahteraan berkelanjutan.
Sebagai bentuk komitmen nyata, Pemprov Sultra juga telah meluncurkan Peraturan Gubernur tentang Road Map Blue Economy, yang menjadi tonggak penting dalam pengarusutamaan ekonomi biru di seluruh kebijakan pembangunan daerah.
“Kami ingin menjadikan Sultra sebagai laboratorium ekonomi biru Indonesia, bukan hanya mengandalkan eksploitasi sumber daya alam, tetapi juga mendorong inovasi, riset, dan kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan kelautan yang berkeadilan dan berkelanjutan,” jelasnya.
Pemprov juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat sipil dalam mendorong ekonomi biru. Ia berharap Universitas Halu Oleo dapat mengambil peran sebagai center of excellence dalam riset dan pengembangan kebijakan berbasis sains dan teknologi di sektor kelautan, perikanan, dan pariwisata bahari.
Selain itu, pemanfaatan teknologi digital seperti artificial intelligence (AI), big data, dan smart fisheries dinilai penting untuk efisiensi produksi, pengelolaan data kelautan yang akurat, serta pengawasan sumber daya laut yang transparan.
“Integrasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal akan memperkuat posisi Sultra sebagai pelopor inovasi ekonomi biru di kawasan timur Indonesia,” tambahnya. (end)
