WARTASUAR.COM, KENDARI – Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Hugua, menegaskan bahwa hilirisasi industri dan penguatan ekspor non-tambang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di daerah. Hal ini disampaikannya dalam audiensi bersama para pelaku ekspor yang digelar disalah satu hotel di Kendari, pada Selasa (29/07) malam.
Dengan mengusung tema “Merebut Peluang Ekspor Non-Tambang Sultra dari Tangan Orang Lain”, kegiatan ini bertujuan memperkuat peran lokal dalam perdagangan global dan memastikan nilai ekspor produk daerah tercatat atas nama Sultra.
Audiensi ini dihadiri oleh Staf Ahli Gubernur, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sultra, sejumlah Kepala OPD, pimpinan instansi vertikal, BUMN/BUMD, HIPMI, KADIN, mitra eksportir, PT Pelindo, serta pelaku UMKM.
Wagub Hugua menyoroti lemahnya pencatatan ekspor Sultra, meskipun daerah ini memiliki sumber daya kelautan dan daratan yang melimpah. “Produksi banyak dari Sultra, tetapi nilai ekspornya tercatat di Surabaya atau Jakarta. Kita ingin mengembalikan itu agar produk daerah menjadi bagian dari komunitas ekspor-impor Sultra,” tegasnya.
Ia menyebutkan, konsolidasi awal dilakukan di sektor perikanan dengan dukungan Bea Cukai, Karantina, Pelindo, dan mitra pelayaran, yang berhasil mencatatkan ekspor 98 ton produk perikanan langsung dari Kendari. Namun, data menunjukkan ekspor non-tambang Sultra baru sekitar 6 persen, sementara sektor tambang mendominasi hingga 94 persen.
Pertanian dan perikanan menyumbang 23 persen PDRB, tapi kontribusi ekspornya masih minim. Kita harus mengoptimalkannya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah yang saat ini berada di 5,6 persen, di bawah target nasional 8,1 persen,” jelas Hugua.
Ia menambahkan, sektor non-tambang, termasuk industri kecil dan kreatif, memiliki potensi besar jika dikelola secara profesional. Hilirisasi produk, baik tambang maupun non-tambang, menjadi langkah penting untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
Perwakilan Bea Cukai Kendari, Taufik Sato, menuturkan bahwa banyak komoditas Sultra diekspor melalui provinsi lain, seperti nilam asal Kendari yang dipasarkan oleh perusahaan luar daerah. Padahal, fasilitas ekspor di Kendari sudah berbasis paperless dan cukup dengan satu dokumen perizinan.
Forum ini mendapat respons positif dari peserta, yang sepakat untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan instansi teknis agar potensi ekspor non-tambang Sultra dapat dioptimalkan sebagai motor penggerak ekonomi daerah. (end)
Facebook Comments Box